Wednesday 7 April 2010

(Late) twenties and baggages.

Beberapa hari lalu gue ngobrol panjang sama sahabat gue mengenai hidup. Berat ya topiknya? Eiym! Kalau ditelaah lebih dalam lagi, obrolan kita ampe mendalami latar blakang keluarga. Unfortunately, kita berdua, dan bberapa yang kita juga diskusikan di topik nggak punya background keluarga yang normal. We all seems normal, but in fact, we're not. Setiap orang punya rahasia dan permasalahannya sendiri2. Tau ga ujung2nya apaan? Pasangan hidup.

Kalo udah di penghujung umur dua puluhan gini, paham banget kan kalo keluarga (inti maupun nggak) seakan mendesak supaya "cepet nikah". Nah, itulah permasalahan di ujung sananya. Nengok sekeliling, temen2 kita udah pada merit, punya anak, punya anak kedua (atau sedang program), atau lebih gila lagi...berencana cerai. Bukannya ga mau, bukannya nggak berusaha, tapi...ga semua cerita berakhir sesuai dengan yang kita harapkan.

Seiring sruputan root beer di A&W, cerita demi cerita bergulir. Si M yang selama ini kita liat perfect as in she's everything that a man could want..ternyata she's the one who struggle on each relationship. Si L yang normal, ternyata tiba2 tau kalo dia bukan keturunan biologis orangtuanya yang sekarang ini. Si T yang udah having a steady relationship, ternyata masih berpikir berkali2 untuk melangkah lebih lanjut. Si A juga punya tekanan dari keluarga (orang tua yang udah cukup berumur) untuk segera berkeluarga. Sementara gue dan sahabat gue ini...we are our parent's only hope to throw a proper wedding. One thing in common: baggages. We all have baggages and loving them.

Sometimes persoalan pasangan hidup ini ga berenti di titik menyembuhkan luka hati kita. Tapi luka hati di baggages kita ini. Kekecewaan hati kita, kita masih kuat nanggung. Tapi kekecewaan orangtua, ipar, dan keluarga (secara gue tetanggan ama keluarga kakak gue yaa)... itu lebih dalem. Pertama, mereka pasti sedih kalo hubungan kita dengan seseorang berakhir, karena mereka akan ngeliat kita sedih juga. Kedua, berarti dalam urusan si pasangan ini, kita harus memulai lagi dari awal, mengenalkan lagi, dan melalui fase penyesuaian yang cukup meletihkan. Ketiga, waktu terus berjalan..reality bbites, biological clock is ticking. Everytime a relationship ended, it's the baggages that we care the most.

We want our baggages to be happy and proud of us. But when it comes to finding "the one", we are absolutely clueless. It's not that we're doing nothing, we tried..we always do. But we just haven't found the one. All we can do is to pray to God to give them a chance to be there when we say "I Do". Amiin...

No comments:

Post a Comment